WIN AND SHARING

KUMPULAN PUISI

HOME | KEMULIAAN SABAR DAN KEAGUNGAN SYUKUR | YOU CAN WIN | MOTIVATION | BBM DAN PENGARUHNYA | INDAHNYA BERBAGI | SMART living (MENETAPKAN TUJUAN) | HOSPITAL NETWORK SYSTEM | ABRAHAM LINCOLN Letter | KUMPULAN PUISI | SEX DAN MANFAATNYA | CURRICULUM VITAE

 Sambutlah ‘si CINTA’

 

Saat malam mulai larut

Suasanapun semakin senyap

Aku terbujur dalam kekakuan

Karena hati terpasung dalam kesepian

Kesedihan dengan kesendirian

Seakan menggugurkan sejuta harapan

Sepinya malam berlalu sudah

Pagi datang mengawali hari baru

Aku terbangun dari panjangnya malam

Perlahan aku bergerak,

Berdiri dan kubuka jendela

Tersiratlah cahaya mentari pagi

Menyinari……

Menghempaskan semua khayalan kepahitan


Memang, Aku harus tetap tegar berdiri

Songsong hari yang baru

Sambut dengan sesuatu yang indah

Wujudkan misteri cita dan cinta


Sambutlah ‘si CINTA’ yang cantik

Berikan dia senyum

Warnailah hari-hari dengan cinta

 

Kebenderangan

Kala malam semakin larut

Aku terpaku di dalam kesunyian

Terdiam menatap ilusi kesendirian

Diriku seakan terbiar dalam kehampaan


Kebekuan jiwa menjelma

Kedinginan nurani selalu menemani

Aku merindu tentang kehangatan

Aku bermimpi tentang keindahan


Saat tirai kegalauan mulai tersibak

Fatamorgana menjauh dari realita

Hingga tersingkaplah kebenderangan

Makna kedamaian yang hakiki

 

Arti Cinta

Di dalam kedinginan jiwaku

Kau hadir mendekap erat kalbuku

Dalam kesendirian nuraniku

Kau temani aku dengan kemesraan

Dalam kegalauan jiwaku

Kau hadir untuk menghiburku

Dalam kesepian malamku

Kau hadir dalam indahnya mimpiku

Tiada yang kupikirkan selama ini

Kecuali aku merasa berarti bersamamu

Kan kuayun langkahku ini

Bersama irama kerinduan

Kangen khan slalu menyelimuti hatiku

Tak ada sesuatu terindah untuku

Karena kau segala-galanya bagiku

 

Arti perasaan

Dikala aku merindu

Ingin kutulis sejuta syair indah

Ingin rasanya aku berkisah

Tentang semua kekangenanku


Di saat ini seolah aku sulit mencari

Dermaga yang berairkan tinta emas

Dan pena antik untuk mengukirnya

Aku takut terdampar di pulau sana

Yang penuh dengan ketidakpastian


Paradigma ?!!!


Hari demi hari terus berjalan

Pergantian waktupun tidak dapat dielakan

Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi

Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiap langkah

Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah

Sebagai barometer dalam menjalani hidup

Menuju sebuah wujud misteri

Cita-cita’


Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup

Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa

Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya

Kamu bisa untuk menjalaninya

Gapailah semuanya


Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri

(Kembali kepada fitrah dan kesucian )’

Selamat Ulang Tahun ’

Success for You


Kujelang….


Pagi yang indah kujelang kembali

Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari

Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian

Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan

Hembusan angin menemaniku berjalan

Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian

Gemersik dedaunan bak irama kehidupan

Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan

Dalam menggapai makna cita dan cinta

Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya

Biarkan pergantian hari terus berjalan

Karena setiap saat akan selalu kujelang

 

Bingkai kehidupan

Masa demi masa berlalu sudah

Kemana kaki jalan melangkah

Liku-liku kehidupan mengukir sejarah

Kini saatnya berpotret diri

Berbenah dari segala keburukan

Meningkatkan semua kebaikan

Ramadhan sebentar khan tiba

Kini saatnya tuk membuka pintu hati

Memaafkan semua kehilafan

Mari kita sambut dengan gembira

Dengan memperbanyak ibadah

Tuk menggapai tingkatan taqwa

Derajat tertinggi disisi khalik

Semoga Allah selalu membimbing kita

Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya

Amiin


Puisi angin

Di kesepian malam aku sendiri

Termenung dibawah cahaya rembulan

Pucuk-pucuk daun meliuk indah

Mengikuti irama angin perlahan


Angin…., Aku hargai kau menghiburku

Memang tidak ingin aku berlama-lama

Larut dengan gelapnya malam

Terombang-ambing oleh kelamnya awan

Angin…., Tolong katakan pada bintangku

Aku rindu dan berharap dia hadir disini

Dengan segala ketulusan cintanya

Ingin aku mengajaknya bernyanyi

Menari, berdansa berdua

Angin…, katakanlah padanya

Aku perlu belaian sejuta kasihnya

Ingin aku menikmati indahnya malam ini

Dengan kehangatan peluk mesranya

Angin…, untuk yang terakhir

Katakanlah padanya

Aku benci dengan kesendirian ini


 

Kesendirian


Di kesepian malam aku sendiri

Fikiran menerawang menjelajah angkasa

Ingin rasanya kubuka semua tabir gelap

Sehingga bisa kunikmati indahnya rembulan

Beserta gemerlapnya selaksa bintang


Semilir angin berhembus perlahan-lahan

Seolah tak ingin mengusikku dari lamunan

Pucuk-pucuk daun menari penuh kemesraan

Seakan tiada bosan untuk selalu menghibur

Semua gundah dan keresahan hatiku


Ketika malam semakin larut

Aku sadari akan kesenmdirianku

Semuanya memang penuh ketidakpastian

Kecuali…. Bisa kunikmati sisa hidup ini

Dengan cinta dan kasih sayang

Dimana semuanya serba tulus

Dimana semuanya serba ikhlas

Dimana semuanya penuh kerelaan

Tanpa pamrih dan pengharapan


Kepastain


Ketika kupaksa mata ini terpejam

Justru hati terus cerita

Bicara tentang kesepian malam

Tentang matahari yang telah tenggelam

Kesepian adalah pengharapan kasih

Sedang tenggelam adalah masa lalu


Saat akhir tidak berarti kebahagiaan

Perasaan menjadi terlukakan

Khan kucari mutiara ketulusan

Kristal mujarab penawar kepedihan

Sungguh, hanya sang dewi yang memiliki

Sebelum fajar di ufuk timur menjelang

Kupastikan sang dewi adalah penentuan

Kesembuhan atas sayatan luka-luka ini


 

Cinta

Ketika aku datang

Di dunia pewayangan cinta

Cuma satu yang aku bawa

Perasaan kasih di dalam dada

Yang bisa merubah satu wacana

Menjadi cerita panjang

Yang berbelit susah mengambarkannya


Tak ada alasan lain tentang cinta

Karena hanya satu yaitu kasih

Kecuali hanya mengada-ada

Kalau ada aku tak percaya

Alasan itu dipaksakan

Dan akan aku katakan

Sungguh malang nasib mereka

Karena tak beda dengan si penjaja


Cinta adalah rindu

Yang datang dari dalam kalbu

Bisa membawa tentram

Dalam merih kedamaian hidup

 

Kangen


Dalam remang cahaya lilin

Sekilas nampak kilauan kasih

Memedarkan arti kekelabuan hati

Sesaat seolah redup

Membisakan harapan cinta dan kerinduan


Dalam dada menyesak arti ketidakpastian

Sesekali ingin semua cita teraih

Namun, tak dapat menembus batas ruang

Yang semakin menjauh


Dikala sekelebat kilat menyala

Cahayanya menyilaukan mata

Bukan terang yang kuraih

Namun kegelapan setelahnya


Hamparan bunga cinta menjadi merana

Kedinginan, ingin ada yang memetiknya

Dipandang ditaruh dalam vas bunga

Walau nantinya layu

Namun hidupnya menjadi berarti

Menikmati semua tujuan yang dicapai

PERJALANAN

Saat hujan semakin deras

kusuri jalan selangkah demi selangkah

Kuraba bajuku yang sudah kuyup

serasa dingin udara menusuk

sebentar kutoleh kebelakang

Terlihat jelas roda sejarah membentang

Angin kencang

Percikan hujan

Halilintar

Semuanya adalah terpaan kehidupan

Aku berharap reda khan tiba

Terang khan menjelma

Menjadikan hidup penuh makna



Puisi Jarum Dan Jerami

Seandainya kau tak membisu

Tentu dengan mudah aku meraihmu

Walau begitu,

Biarlah kuuji kesabaranku

Khan kuambil jerami ini satu-satu

Sampai aku dapat menemukanmu

Lalu kau rajut kembali kainku

Fatamorgana

Gelap malam penuh kesunyian

Membukakan pintu-pintu ilusi

Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa

Saat perjalanan adalah perasaan

Hati gelisah menjadi tumpuan
Perlahan-lahan rasio menjauh

Akalpun pergi tanpa berpesan

Saat kusadari semuanya

Aku terbujur di negeri khayalan

Berharap akan fatamorgana


Senyumanmu

Aku terbayang akan manisnya senyumanmu

Seakan hanya aku yang menikmatinya

Namun aku hanya bisa merindu

Akankah cintaku terdampar disuatu pulau ?

Terbawa hanyut bersama gelombang kasmaran

Dan berlabuh di pantai asmara


Tetapi aku sangat yakin

Disana kita khan bercinta

Memadu kasih

Bercerita tentang hari esok

Khan kubiarkan semilir angin membelai tubuhku

Hingga aku tertidur dalam sandaran pelukmu

Namun mengapa suara ombak membangunkanku

Saat mimpiku menerawang angkasa

Menjelajahi ruang-ruang khayalan


Tuhan, mengapa aku ini ?

Terlalu menikmati senyuman itu

Apakah aku telah menduakan cintaku dari-Mu

Sampai hatiku bergetar menahan rasa

Namun kini khan kubiarkan semua berlalu

Terhempas terbawa arus

Ke suatu negeri nun jauh disana

 

SIANG YANG BERLALU

Saat mentari mulai tenggelam

Sayap malam menutup perlahan

Gelap sudah menjelang

Panasnya siang jadi terlupakan

Semua berlalu

Biarkanlah siang ini berlalu

 

IBU

Ibu…

Kini aku tahu

Kesabaranmu

Ketabahanmu

Kecintaanmu


Ibu…

Kini aku rindu

Masakkanmu

Senyumanmu

Belaianmu


Ibu…

Aku tak akan lupa

Kebaikkanmu

Jasamu

Nasehatmu

Ibu…

Ternyata kau adalah segalanya bagiku

Kuharap kasihmu abadi selama-alamanya untukku

 

BUNGAKU

Bungaku…

Kala pagi atau sore hari

Kau taburkan aroma kasih

Membelai kalbu selembut awan putih

Membawaku ke alam khayalan indah

Penuh kedamaian dan kebahagiaan


Bungaku…

Kau laksana dewi kayangan

Selalu dipuji setiap orang

Sunggingan senyummu tak menjemukan

Menggoda mengetarkan hati


Bungaku…

Setiap saat aku nantikan

Lambaian tanganamu mengajakku

Melepas semua kepedihan hidup

Menyandarkan semua kesusahan

Menuju ketenangan bathin

Dalam menikmati hidup ini

Perubahan

Saat rembulan tertunduk sendu

Gema petir menggelegar

Awan kaget ikut bermuram

Mencucur hujan rintik perlahan

Merubah egois yang membatu

Menjadikan hati penuh pengharapan

Arti Kembali

Pohon besar di tanah gersang

Saat hujan Menerjang

Dia jatuh dengan terlentang

Dimakan rayap terlapukkan

Jadikan semua tak berdaya

Semuanya menjadi satu

Tidak terkenali lagi


Puisi Batu

Goresan itu

Mengukir batu jadi saksi

Membisu

Dengan satu kalimat

Aku cinta kamu !!

Penilaian Cinta

Dusun yang sepi

Ada seorang perempuan tua

Dengan suami renta yang buta

Seolah mereka tak berdaya

Mereka hanya berkebun

Itulah kedamaian mereka

Kenapa orang hanya menduga

Padahal mereka punya cinta

Yang tak seorangpun mampu menilainya

Terbujur

Aku terbujur

Di sebuah sudut yang pengap

Hanya coro yang menemaniku

Dia katakan sesuatu padaku

Orang memandang kita hina

Tetapi …

Bisakah kita katakan

Bahwa mereka bijaksana

Biarkan mereka menilai kita

karena kita adalah kita

Kepahitan

Pisau menoreh hatiku

Melukakan perasaan

Menyayat

Menjadikan hidup berubah arti

Saat takdir itu merenggut

Kepahitan adalah realita

Kebahagiaan jadi impian

Akhirpun tak terelakkan

Salam perpisahan

Kini, hatiku tergores kesedihan

Ketika terucap salam perpisahan

Walau air mataku tak berlinang

Bukan berarti suatu kerelaan

Saat-saat langkah terayun

Jarak kita-pun semakin membentang

Akankah semuanya jadi terkenang

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan


Sobat, dalam hatiku ini

Akan tetap membekas suatu kenangan

Kau sungguh baik, supel dan komunikatif

Siapapun mengenalmu pasti akan merindu

Namun untukku, janganlah kau biarkan

Aku terkulai lemas dalam kehampaan

Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan

Gelisah

Gelap malam penuh kesunyian

Lamunan jauh menerawang angkasa

Membukakan pintu-pintu mimpi

Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa


Bias keremangan memudarkan kasih

Memutar hati menguak arti ilusi

Memedarkan beribu warni cahaya

Membayang menjauh dari arah cita


Katak merengek ikut meresah

Menggugah hati kala gelisah

Air hujan menetes berduka

Membasah bumi ikut bersedih


Gema kegundahan kian bertalu

Gemercik air melantun irama nan merdu

Berhembus angin membelai lembut

Gemerisik suara daun menghibur

Membangkit menggugah kalbu


Meliuk menari rumput nan ayu

Melambai perlahan seolah mengajak

Melepas duka menjemput cinta

Merayu bernyanyi kerinduan

Menyongsong esok akan kebahagiaan

 

Di Sisi Malam

Ketika kabut tersibak

Rembulan memancarkan sinarnya

Malam yang muram telah berlalu

Makna kegelapan menjadi tertampikan

Nur kebenaran adalah kebenderangan


Saat kepala makin merunduk

Kucium tanah bukti kehinaanku

Sebagai tanda Agungnya sang Khalik


Isak tangisan begitu lirih

Seirama kidung detak jantung

Air mata berderai tak tertahan

Mencapai kekhusukan semakin dalam


Saat dingin semakin menusuk

Disinilah aku semakin mengenal Tuhan

 

Aku Tak Ragu

Tuhan,

Aku yakin dengan segala kasih-Mu

Dan aku percaya akan semua sayang-Mu

Namun mengapa aku ini ???

Selalu tak tahu diri

Apakah ada sesuatu yang mengunci hatiku ?!

Sehingga aku lupa akan semua cinta-Mu

Tuhan,

Kau pasti selalu mendekapku

Namun aku tempikkan arti kehangatan-Mu

Apakah aku insan tak tahu balas budi ?!

Kurang bersyukur

Selalu mencari dan berharap yang lebih

Bahkan tanpa terasa dan tak tersadari

Mungkin aku memohon selain kepada-Mu

Tuhan,

Andaikan aku selalu bersujud pada-Mu

Dan bersimpuh di dalam rumah-Mu

Tentu Engkau mau menerima tobatku

Namun aku kadang merasa lain

Karena banyak dosa yang kulakukan


Tuhan,

Aku tahu tangisku tak berarti bagi-Mu !!

Kini biarlah aku merenungi semuanya

Dan akan kucari pintu insyafku

Tapi, aku yakin dan tak meragukan

Akan semua ampunan-Mu, Tuhan.

 

Keagungan Tuhan


Merah merona bola api di atas cakrawala

Tanda terbitnya sang surya di ufuk pagi

Suara burung bernyanyi riang bergerak kian kemari

Menggugurkan sejuta embun dari kerindangan daun

Semua itu bukti Agungnya ciptaan Tuhan


Sebagai manusia hendaklah bersyukur

Ketemu lagi akan hari

Setelah sesaat mengunci rasa

Melupakan semua problema

Kini ditantang perjalanan hidup

Membuktikankan semua impian dan harapan

Kalau kita sadar, nyata ataupun tidak

Itulah garis takdir Tuhan

Semuanya ini perjalanan waktu

Manusia hanya bercita

Namun begitu, yakinkan diri ini

Hidup ini jangan disia-siakan

Berbagi Kasih

Kulihat daun meliuk

Disaat kejora mulai menghilang

Pagi datang begitu cepat

Sayang sungguh sayang memang !!

Juita malam menjadi penantian


Indahnya pagi di pantai pengharapan

Merupakan suatu makna keceriaan

Saat ombak menuju ke tengah

Pasti ia akan kembali lagi

Membawa buih putih arti kehidupan

Meratakan hamparan pasir yang berserakan


Di tengah laut dari kejauhan

Perahu kecil terihat menepi

Membawa seribu ikan hasil tangkapan

Dengan senyum kebahgiaan nelayan


Ketika terkatung di tengah samudra

Tidaklah sempat berfikir tentang cinta

Semuanya seakan sirna

Kini saatnya berbagi kasih

Dengan permata hati

Yang slalu menanti

 

Malang

Saat sosok itu terlentang

Terkulai di kamar yang remang

Tanpa busana

Tak kenal budaya

Aku hanya mendengar

Gertakan kuat

‘ingat aku adalah uang’

 

Perjalanan

Wanita malam jadi kenangan

Dalam suatu perjalanan

Bola matanya indah menggoda

Memberi rayuan tentang kemesraan


Sungguh murah kau tawarkan

Ternyata cukup uang recehan

Cuma sekedar untuk membeli jajanan


Pernah sesekali aku tanyakan

Mengapa tak kau tinggalkan hal demikian

Sebab itu kesia-siaan


Tak salah memang kau katakan

Kalau itu saling menguntungkan

Tetapi ada pihak yang dirugikan

Ibumu yang melahirkan

 

Wanita

Wanita punya hak juga memiliki kewajiban

Tetapi selalu disalahtafsirkan

Hingga kadang menyalahi aturan

Emansipasi diputarbalikkan

Sebagai dalih atau alasan


Hanya untuk mencari kepuasan

Kau korbankan kasih sayang

Anak-anak kau terlantarkan

Dan masih banyak yang dicampakkan


Lalu bagaimana akan nasib bangsamu

Saat keluarga tak kau hiraukan

Sungguh, slogan indah jadi kenagan

Wanita tiang negara

Kini menjadi puntung yang berserakkan

Syair metafisik

(Merambah kegaiban dunia lain)


Alam ini seolah tidak nyata

Seakan-akan dunia bayangan

Tetapi dunia ini punya dimensi

Dimensi lain yang imateri

Hanya rasa iman yang bisa menggapainya

Entahlah, memang alam ini serba aneh

Pengamanannya sungguh ekslusive

Penjagaan yang ekstra ketat

Dengan benteng yang begitu kokoh

Seakan beruratkan besi bertulangkan baja

Begitu susah menembus dunia ini

Hanya dengan akses yang tepat

Dan prasarat pasport yang lengkap

Barulah bisa memasukinya dengan aman

Ketika ada yang mencoba memaksa

Hanya mengakibatkan luka-luka

Seandainya memang bisa

Hanya mengakibatkan sengsara

Merantau di dunia metafisik

Tanpa arah dan tujuan yang pasti

Kehancuran buat si pemaksa

Siksa menjelma menggerogoti hidupnya

Hanya Tuhan-lah yang dapat menyembuhkannya

Andai kesabaran menghinggapi kehidupannya



Kata iya

Mengangguk kata setuju

Tapi bukan berarti iya

Mengapa sahabat tak bertanya ?!

Hanya bergeleng kepala


Kalau sahabat tak paham

Uneg-uneg jangan disimpan

Ungkapkan semua perasaan

Hak berpendapat dijamin undang-undang

Sudah jelas di pasal dua delapan


Diam bukanlah emas

Emas ada di busang

Katanya sedang diributkan

Siapa yang bakal jadi jutawan

Mungkin mereka yang menambang

Sahabat juga mungkin nanti kecipratan

He…. he….

Jangan terlalu banyak termangu

Sebentar lagi khan pemilu

Jangan sampai terpancing isyu

Sekarang khan musim dikompor-komporin

Apa lagi sambil dikipas-kipasin

Bisa-bisa kebakaran nanti

 

Dengarlah kami

Saat-saat kaki terlangkahkan

Sejenak hati berfikir tentang keadilan

Ketika bangsa dilanda bencana

Ketika rakyat kecil dirundung duka

Ketika semua orang berharap tanya

Mana yang benar dan mana yang salah ?!

Banyak sosok muncul seolah pakar

Berteriak-teriak seakan benar

Seharusnya begini dan seharusnya begitu !!

Ternyata semua hanya teori membingungkan

Di sudut-sudut kota dan pelosok negeri

Rakyat jelata menggeliat kelaparan

Anak-anak mulai putus harapan

Akan kemana kami mencari

Napas kebebsan yang semakin sesak

Angin kehidupan yang mulai hilang

Sungguh tragis dan ironis

Rupiah terpuruk dalam kekhawatiran

Si awam hanya bertanya

Dosa siapakah ini ?!

Kok kami yang mendapat siksa

Kami tidak perlu banyak partai

Kami perlu banyak beras

Kami perlu banyak susu

Kami perlu makan

Dan kami perlu keadilan


 

Seminggu Di Ladang Tua

Sekian lama aku tak jumpa

Bayangan kerinduan kian terasa

Tak tahan ingin mendengar cerita

Seperti beberapa waktu yang lalu

Ketika kau berkisah di ladang tua


Hari pertama

Kau terdiam tak dapat bicara

Hanya mencucurkan air mata

Saat kucoba menghapusnya

Kau tepiskan tanganku

Waktu itu aku bertanya

Mengapa ???

Namun kau tak kuasa menjawabnya

Tapi aku tahu kau tidak merahasiakannya


Hari kedua

Kau baru menjawabnya

Kau merasa khawatir tentang adikmu

Yang hidup dirantau orang

Kau takut dia tergoda

Oleh bias remang cahaya kota

Namun kau tak kuasa meneruskan cerita

Kau cucurkan lagi air mata

 

Hari ketiga

Kau melanjutkan ceritanya

Bagiku makan tidak masalah

Hidup di desa tak akan kelaparan

Namun di kota adikku mau makan apa

Justru aku takut adikku dimakan orang

Katanya di kota saat sekarang

Tidak berfikir lagi besok makan apa

Tetapi besok saya mau makan siapa

Kau menangis lagi

Membuang air mata tanda berduka


Hari keempat

Ini tak akan ku lupa

Saat kau merayuku agar menanggapi

Semua cerita tiga hari yang lalu

Aku tak mau untuk bicara

Akhirnya kau meneruskan cerita

Tentang adiknya yang sangat dia cintai

Sampai kini tak kunjung pulang

Kau berharap agar adikmu cepat kembali

Hari kelima

Kau bercerita tentang metropolitan

Yang penuh dengan aktivitas kejahatan

Sikut kiri sikut kanan itu kebiasaan

Apakah adikku selamat dari todongan

Kesombongan dan kekerasan zaman

Kau menangis lagi

Dan tak kuasa cerita lagi


Hari keenam

Aku masih teringat

Saat kau bertutur tentang ibumu

Ketika dia mulai tua renta

Bahkan sampai akhir hayatnya

Kau katakan ibumu adalah keabadian kasih

Tak pandang pamrih

Ikhlas dalam menjaga anak-anaknya

Inikah arti surga di bawah telapak kaki ibu

Kau malah merenung sampai tak cerita apapun lgi

 

Hari ketujuh

Ini hari terakhir kau bercerita padaku

Karena aku akan ke rantau

Mencari pengalaman ke kota orang

Kau berharp agar aku dapat bertemu dengan adiknya

Dan menyampaikan salam kekangenannya

Sekarang kau akan mencoba untuk melupakannya

Karena adikmu tak memberi kabar berita

Kau ucapkan selamat jalan padaku

Inilah kisah seminggu di ladang tua

Namun sampai kini ku takkan lupa

Dan sekarang akan kucoba mencari adiknya

Untuk membantu temanku disana

Yang selalu berduka tentang adiknya

Berdoalah temanku agar aku menemukannya

Amiin


Diaolog rasio dan hati

(Tentang ungkapan perasaan hati)


Rasio berkata “ kenapa kau laukan itu hati?”

“entahlah, hanya itu yang ingin aku katakan” jawab hati.

“apakah aku terlalu ….Egois, emosi atau agresif”,

Lanjut hati.

“sudahlah, mungkin aku yang salah ?,

Aku tidak bisa memantaumu”, lanjut rasio.

“tidak rasio, aku terlalu memaksakan,

Seolah aku tak sadar dengan keadaanku.

Mungkin aku benar-benar lupa dan lalai,

Dan kau menganggapku konyol khan ?”

Kata hati panjang lebar.

“biarlah rasio, apa yang telah aku katakan

Aku yang akan menanggung akibatnya

Aku telah coba melakukan yag terbaik untukku

Walau harus menghancurkan diriku

Asal aku tidak melukakan orang lain

Aku akan tetap berbahagia.

Kau telah mengingatkanku rasio, terima kasih”

Hati menambahkan ungkapannya.

“hati, biarlah semuanya berjalan dengan relita

Mungkin kita harus bersikap sedikit bijak

Tidak usah terlalu berharap”Rasio menambahkan.

“aku setuju rasio” sahut hati.

Lalu keduanya terdiam seolah tidak ada pembicaraan lagi.

Dan begitulah sampai keduanya terlelap dalam tidur karena kelelahan.



From my friend

………..


Sobatku, di tengah malam

Yang sepi …..

Aku termenung sendiri

Dan dalam kesendirian ini

Aku tak tahu apa …..

Rasa rindu selalu ada

Tapi akupun tak tahu

Apa yang aku rindukan …..

Sobat, siramilah diriku

Dengan kasih dan cintamu…..

Agar aku tahu apa arti

Kesendirian dan rinduku ini

From : Ririe


Betapa

Tuhan …

Betapa dingin dekapan-mu

Sejak aku tak pernah lagi ke rumah-mu

Betapa kabur penglihatanku

Sejak cahaya-mu semakin redup

Pada setiap sudut pengembaraanku

Betapa sunyi pendengaranku

Sejak aku tak perduli

Suara orang-orang memanggil-mu

Tuhan

Betapa seluruh tubuhku luluh

Sebab matahari mengantarai jarak kita semakin jauh

Tuhan

Betapa aku tak mampu

Luput dari dekapan-mu
Sebab kini kumengerti

Dirumah-mu aku adalah tamu

from Dian H.


Yang tersayang


Kau bangun

Kugendong

Kutimang


Kau bermain

Kuasuh

Kutemani


Kau menangis

Kuhibur

Kucanda


Kau mengantuk

Kudendangkan

kukisahkan


Kau tidur

kubelai

kucium

Kudekap


Kau pergi

Kutersedu

Kucari

kurindu


Kau ….

From Dian



Tujuh Paragraf Saja


Paragraf pertama

Saat hujan semakin deras

kusuri jalan selangkah demi selangkah

Kuraba bajuku yang sudah kuyup

serasa dingin udara menusuk

sebentar kutoleh kebelakang

Begitu dalam arti perjalanan

percikan air adalah terpaan

Halilintar pemanis makna

Saat reda adalah harapan jiwa

menjadikan terang nur kehidupan


Paragraf kedua

Kala membayang terang rembulan

merenung menjadi makana harapan

waktu kecil adalah kedamaian

saat remaja masa pematangan jiwa

kini kutatap cermin kedewasaan

kukerutkan keningku

seraya aku berkata pada bayanganku

belajarlah dari perjalanan hidupmu

raihlah cita-citamu diatas bintang persia

dan jadilah dirimu dalam sebuah jati diri





Paragraf ketiga

………………

………………………….

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

???????????????

FOR THIS FOEM TO BE CONTINUE

 
email:hadi_we@yahoo.com